Beranda » tentang makassar » Kopi Toraja, Sejarah dan Jenisnya

Kopi Toraja, Sejarah dan Jenisnya

Kopi Toraja, Sejarah dan Jenisnya – Tana Toraja memiliki kekayaan alam berupa kopi, yang paling banyak yaitu jenis kopi Robusta dan Arabika. Kopi Toraja mendapatkan julukan Queen Of Coffee, hal ini berdasarkan rasa dan aroma kopi Toraja yang spesial. Rasa dan aroma kopi Toraja memiliki perbedaan dengan kopi lainnya yaitu rasa asam yang unik serta memiliki aroma kopi yang merupakan perpaduan antara aroma tanah dan hutan.

Sulawesi Selatan khususnya Tana Toraja merupakan lahan – lahan subur dengan kandungan zat besi. Sejarah masuknya kopi ke Tana Toraja ada dua versi. Versi pertama yaitu biji kopi dibawa dari Arab oleh pedagang Gujarat,  sedangkan versi kedua kopi ditanam pertama kali pada masa penjajahan Belanda. Menurut versi pertama, bahwa kopi jenis arabika dari Arab oleh pedagang Gujarat adalah pada penyebutan jenis kopinya, sedangkan untuk kopi robusta disebut dengan kopi Belanda karena bibit kopi yang dibawa Belanda.

Kopi Toraja, Sejarah dan Jenisnya

Kopi Toraja, Sejarah dan Jenisnya

Sedangkan menurut versi kedua, biji kopi yang pertama ditanam oleh Belanda di lereng Pegunungan Latimojong yang membentang mulai dari wilayah Toraja, Enrekang, Luwu, hingga Mamasa. Kopi ini kemudian dijadikan komoditi dagang dengan merk Kalosi. Pegunungan Latimojong dikenal sebagai tanah purba, karena menjadi bagian dari pulau tertua yang memiliki perbedaan dari sejarah pembentukan geologinya.  Awalnya jenis kopi pertama yang ditanam di Pegunungan Latimojong adalah jenis kopi typika / kopi bungin. Sejak saat itu kopi mulai berkembang di daerah Enrekang dan Toraja.

Baca juga:  Tips Mengurangi Mabuk Kendaraan

Namun sekitar tahun 1990, tanaman kopi di Pegunungan Latimojong diserang penyakit karat daun. Serangan hama ini terjadi di daerah Enrekang dan Toraja. Maka sejak saat itu di daerah Pegunungan Latimojong mulai ditanami kopi jenis robusta karena lebih mudah pemeliharaannya serta tahan hama. Begitu pula dengan jenis kopi arabika, pada tahun 1950 ditemukan kopi arabika varietas Lini S, Kartika, USDA, dan Cattimor yang terbukti memiliki ketahanan tinggi terhadap serangan hama karat daun.

Masuknya varietas kopi baru, membuat kopi jenis typika yang dalam bahasa latin berarti ‘biasa’, menjadi semakin langka. Namun dinas pertanian giat mengajak warga untuk kembali menanam kopi jenis typika untuk menjaga keberadaannya. jenis kopi jenis Typika, sebenarnya merupakan salah satu varietas dari kopi Arabika yang terbaik di dunia. Jenis Typika pada mulanya tumbuh di Ethiopia kemudian dibawa dan dikembangkan di Yaman. Dari Yaman, jenis kopi Typika kemudian menyebar ke negara – negara lain termasuk Indonesia yang saat itu dibawa oleh Belanda. Kopi Typika memiliki biji kopi yang berukuran lebih besar dari kopi Arabika pada umumnya. Memiliki rasa yang seimbang antara rasa manis dan keasamannya, serta aroma kopi yang kuat.

Baca juga:  Magical Of Toraja (Usaha Perjalanan Wisata SMK Negeri 1 Makassar)

Di Toraja, kebun kopi terdapat di dataran tinggi Sa’dan, Awan, Sapan, Pedamaran dan Pulu – Pulu. Sedangkan di Enrekang, kopi pertama kali ditanam di daerah Pojappung, Nating, Bungin, Buntu Sarong, Rampunan, Pekalobean, dan Benteng Alla Utara. Kopi jenis arabika dan robusta memiliki beberapa perbedaan yaitu :

Kriteria Kopi Arabika Kopi Robusta
Bentuk Biji kopi lebih besar dan lebih oval.

Lipatan bagian tengah terlihat jelas

Biji kopi lebih kecil dan lebih bundar.

Warna lebih pucat, dan lipatan bagian tengah kurang terlihat jelas.

Lokasi tumbuh Ditanam di ketinggian supaya menghasilkan rasa asam.

Lebih rentan terserang penyakit dan lebih sensitive.

Dapat ditanam di ketinggian rendah

Tanaman kopi robusta lebih tahan hama dan tidak mudah rusak, maka produksinya pun berlimpah dan biaya produksi murah

Rasa Lebih kaya cita rasa yaitu memiliki rasa manis, asam, sedikit pahit yang seimbang. Cenderung memiliki rasa seperti gula, buah – buahan, dan buah beri Memiliki cita rasa lebih sederhana, yaitu hanya ada rasa pahit yang lebih kuat dan aroma yang khas. Cenderung memiliki rasa kacang.
Kadar kafein Kadar kafein lebih rendah yaitu sekitar 1.5 persen Kadar kafein lebih tinggi yaitu 2.7 persen. Inilah yang membuat kopi jenis robusta lebih pahit
Kadar asam Kadar asamnya lebih tinggi. Namun hal ini tidak berbahaya bagi penderita asam lambung, karena yang membuat peningkatan asam lambung yaitu kadar kafein yang tinggi. Kadar asamnya lebih rendah
Aroma Memiliki aroma floral Memiliki aroma kacang dan lebih earthy
Harga Lebih mahal. Jenis kopi arabika lebih lama dipanen dan lebih sulit perkembangbiakkannya, selain itu jenis arabika merupakan kopi spesial yang berkualitas tinggi Lebih murah. Jenis kopi robusta lebih mudah perkembangbiakkannya dan jenis robusta yang selalu digunakan untuk produksi kopi instan karena kadar kafein yang tinggi, dan cocok dikonsumsi sehari – hari saat tubuh membutuhkan kafein.

 

Baca juga:  Tips Untuk Menikmati Perjalanan Bersama PT. Els Wisata Marendeng (Els Queen Wisata)
Tags:

# Bagikan informasi ini kepada teman atau kerabat Anda

Belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi.

Komentar Anda* Nama Anda* Email Anda* Website Anda

Kontak Kami

Apabila ada yang ditanyakan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.